Sudah menjadi rahasia umum, seluruh agama di
dunia ini memiliki madzhab atau golongan. Tidak terkecuali dengan Agama Islam.
Agama yang menjadi penutup agama-agama samawi ini telah terpecah menjadi
berbagai madzhab-madzhab setelah Nabinya tiada.
Terpecahnya Agama Islam ke dalam berbagai madzhab
bukan tanpa sebab. Perbedaan pandangan mengenai Nabi sang pembawa, menjadi
cikal bakal pecahnya agama islam ke dalam berbagai madzhab atau aliran.
Kian hari kian bertambah. Dengan berbagai
kepentingan yang diatas namakan islam menjadi salah satu pemicu
munculnya madzhab-madzhab baru. Islam A menyesatkan Islam B, begitu pula
sebaliknya. Menjadi sebuah headline berita yang sudah tidak asing lagi.
Tak jarang, hal-hal kecil sengaja di timbulkan
untuk memecah persatuan umat Islam. Sehingga hal-hal tersebut memberikan
keuntungan tersendiri bagi para musuh-musuh Islam. Bisa jadi, merekalah yang
berada di balik layar ini, yang memanfaatkan orang-orang “bodoh” mengatas
namakan islam.
Logiskah jika sesama Islam saling menyesatkan?
Islam yang manakah yang mewakili “kebenaran” dan Islam manakah yang mewakili
“kesesatan”? mungkinkah kedua-duanya benar? Mungkinkah sama-sama benar saling
menyesatkan? Pantaskan agama rahmatan lil’alamin saling menyesatkan,
bahkan terhadap sesama mereka sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu menjadi sesuatu
yang mengusik hati, yang seharusnya cepat di cari jawabannya. Jika tidak, kita
akan berada di dalam keraguan yang meresahkan.
Untuk itu kami ajak para pembaca untuk sama-sama
belajar memahami kebenaran Islam secara objektif, menggunkaan akal sehat dan
tanpa menggunkan fanatic buta yang hanya akan membuat kita merasa benar
sendiri.
Temukan jawabannya di Makalah MEMBEDAH SHIRATHAL MUSTAQIEM. Rumusan mencari kebenaran. Supaya kita bisa mensikapi perbedaan yang ada.